Cagar Alam, Modal dan adat: “Konsesionalisasi” dan Ekskusi Wilayah Adat Tau Taa Wana Posangke Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

WP1Komunitas adat Tau Taa Wana yang hidup menetap sepanjang aliran sungai Salato Morowali telah melewati babakan sejarah yang panjang. Keberadaan mereka dilatari oleh berbagai proses interaksi dengan dunia luar, baik pengetahuan dan kekuasaan, menyejarah dan diselimuti ragam tafsir atas diri mereka sendiri. Orang luar seringkali menyebut mereka dengan sebutan To Wana Posangke. Istilah ini merujuk pada identitas sosiografis sebagai komunitas yang hidup dalam kawasan galeri hutan ultra basah kaki gunung Tokala. Misalnya, kata To Wana, berkembang dari penyebutan orang-orang luar atau sekitar kawasan tempat bermukim terutama orang Mori. Sementara itu, Posangke adalah identitas perkampungan tua yang diyakini sebagai asal muasal komunitas adat Tau Taa Wana. Penyebutan tersebut kemudian mengalami perkembangan, dijadikan sebagai penamaan oleh berbagai kalangan yang sering berkunjung ke tempat itu, antara lain, misionaris, peneliti, petugas kehutanan maupun pemerintah.

Andika. 2015. Cagar Alam, Modal dan adat: “Konsesionalisasi” dan Ekskusi Wilayah Adat Tau Taa Wana Posangke Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. Bogor (ID): Sajogyo Institute.

Scroll to Top